Minggu, Oktober 06, 2013

Resensi Buku : Udah Putusin Aja!


Judul Buku:
Udah Putusin Aja!
Penulis:
Felix Y. Siauw
Visual:
Emeralda Noor Achni
Penerbit:
Mizania
Harga Buku:
di bawah Rp. 50.000,-
Tebal Buku: 180 halaman


"Pacaran tidak membuat kita dewasa,namun membuat kita ber-adegan dewasa" - @jayayea
Cinta. Rasanya tidak ada manusia yg tidak pernah menyenggol kata ini. Semua orang mengasuhnya. Setiap orang menginginkannya.
Love is such a sweet illusion.
   ~Oratorio God Only Knows, ELISA
Namun, sayang. Banyak sekali orang yg tidak tahan dengan ilusi yg bernama cinta ini. Kalah. Sehingga mereka ingin cepat-cepat merengguk cinta dan jatuh ke dalam jurang penuh ilusi yg seolah tampak seperti taman yg indah. Jurang yg biasa disebut orang dengan istilah pacaran.
Adalah Felix Y. Siauw, penulis yg sudah sangat tenar dengan gaya kicauan twitternya dan karya-karya motivasional dan sejarah yg  inspiratif. Beliau menulis buku berjudul Udah Putusin Aja! ini untuk memuliakan cinta dengan jalan yg dimuliakan islam.
Buku ini dimulai dengan peringatan keras terhadap pacaran. Sebuah kultur yg sekarang sudah mulai digandrungi oleh remaja-remaja islam Indonesia.
Dengan sangat apik dan gaya tulisan selayaknya membaca kicauan di twitter, Felix Siauw menuntun kita untuk tidak salah kaprah dengan yg namanya cinta. Beliau mengajak kita mengingat lagi sakralnya pernikahan yg tidak boleh tercemar dengan pacaran. Untuk mendidik cinta agar bersemi dalam taat bukan direndahkan oleh maksiat. Agar pemilik cinta tehormat bukan dirundung laknat.
Saya sebenarnya sangat tidak suka dengan twitter dan kontennya. Sebuah media komunikasi publik super terbatas, yg isinya adalah hutan singkatan dan pantun yg makna utuhnya tidak bisa kita dapatkan kalau kita tidak menunggu teks berikutnya tiba. Tentu saja bukan saya tidak suka pantun atau peribahasa. Yang saya tidak suka adalah pantun satu arah yg terbatas hanya 14o karakter.
Namun, meskipun buku Udah Putusin Aja! ini dipenuhi dengan gaya kicauan twitter tersebut, saya tidak menemukan rasa tidak suka terhadap teks singkat itu di buku ini. Teksnya saling berkait. Meskipun singkat-singkat,  konten yang diberikan tidak terasa kering dan kurang. Mungkin karena sudah terkumpul dalam bentuk buku.
Bahasanya sangat renyah dan sarat ilmu tanpa terkesan menggurui. Kicauan yg diberikan jelas dan terang. Argumennya masuk akal dan masuk di hati. Terkadang lembut memberikan kita pemahaman, sering juga menusuk tanpa ragu membeberkan kesalahan dan mengangkat kebenaran. Dan itu semua tidak lupa diselingin humor yang saya juga ngakak dibuatnya. Keren banget lah bahasanya.
Tidak percaya? Saya kasih contoh nih:
Jangan mau jadi barang ‘pecah berarti membeli’ | Lantas dipecahkan oleh yang tidak mampu beli!
Laki-laki dinilai dari masa depannya | Perempuan dinilai dari masa lalunya
Perbandingan harga – kualitas buku ini menurut saya sangat tidak sebanding. Saya membeli buku ini seharga kurang dari Rp50.000,- Kalau tidak salah Rp45.000,- di toko buku gelap nyawang belakang Salman. Namun, dengan harga yg dapat dibilang tidak mahal tersebut, buku ini sangat tebal 180 halaman, kovernya sangat menarik, dan unik. Sekilas tampak worth it.  Setelah dilihat dalamnya? Ternyata memang worth it. Dengan kualitas kertas seperti majalah, ilustrasi warna-warni di setiap halaman, dan konten yg ringan namun berbobot, harga Rp45.000,- jelas tidak sebanding. Saya tidak habis pikir, memangnya lunas modal ya?
Halaman memiliki penanda warna pink dan nila. Halaman pink mengkhususkan pembahasan dari sisi wanita sedangkan halaman nila untuk pembahasan dari sisi pria. Gaya asyik berkicau ditambahi komik unyu oleh Emeralda Noor Achni yg sangat apik membuat buku ini masterpiece.
Udah Putusin Aja! menurut saya cocok dibaca untuk semua kalangan. Tua muda, kaya miskin, desa kota, laki-laki perempuan, semua orang layak membaca buku ini. Untuk yg ingin menikah, buku ini memberi motivasi dan sedikit tips/langkah dalam menjalani proses pranikah yg benar, terutama dalam menghadapi orang tua. Bagi yg sudah menikah, buku ini mengingatkan akan arti pernikahan yg semestinya. Bagi yg belum ada pikiran untuk menikah, buku ini mengajarkan cara mengelola cinta yg baik dan menerangkan koridor-koridor agama. Bahkan dengan contoh baik-buruk dan situasinya.
Sangat sulit untuk menemukan kelemahan dari buku laris milik Felix Siauw ini. Akan tetapi, resensi tidak lengkap jika tidak berimbang bukan? Tapi apa ya… Hmm… Jika harus menyebut minus, saya mungkin akan mengungkit pemaparan di awal buku yg berisi peringatan keras terhadap hantu yg disebut pacaran. Beberapa bab awal tersebut seluruhnya berisikan halaman pink. Dengan bahasa dan konten kuat, isinya memperingatkan kaum hawa atas bahaya laten pacaran. Namun, bagi yg laki-laki saat membaca bab awal tersebut serasa tidak nyaman. Entah karena memang kata-kata yg terlalu tajam menusuk, atau karena terlalu menuduh semua pria itu jahat, atau karena awalan yg makin menguatkan kesan buku berkover pink ini untuk pembaca perempuan.
Namun, mungkin itu juga bisa dipandang sebagai sisi positif dari buku ini. Bahaya pacaran memang lebih banyak menyelubungi wanita. Oleh karena itu, semenjak awal buku, Udah Putusin Aja! memberikan peringatan dini dan langsung, secara tegas, tentang bahaya tersebut. Baru kemudian ia menuntun pria yg mengaku lelaki untuk bersikap jantan menghadapi orang tua dari pasangannya, bukan malah menariknya ke dalam jurang ilusi bernama pacaran. Dari sini memang terasa bahwa sasaran buku ini sebenarnya adalah kaula muda terutama wanita, namun bahasa membumi, kelengkapan isi, dan kekocakan ilustrasi tetap tidak menutup kaula lain untuk membaca pinky ini.
Secara umum, saya sangat merekomendasikan untuk membaca buku ini. Mantab dan sangat bermanfaat. Buku ini sangat cocok untuk dibungkus sebagai hadiah ulang tahun adik, atau kado untuk pacar yang ingin diputusin. Udah Putusin Aja!

Dikutip dari "sini "

Sabtu, Oktober 05, 2013

Muhammad Al-Fatih 1453



“Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya,” (HR Ahmad)

       Konstantinopel adalah kota yang dijanjikan bagi kaum Muslim seperti telah diberitakan Rasulullah SAW beberapa abad sebelumnya. Menaklukkan Konstantinopel adalah kerinduan kaum Muslim yang untuk memperolehnya dibutuhkan lebih dari delapan abad. Membutuhkan usaha yang luar biasa mengingat Konstantinopel adalah kota imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar biasa kokoh. Gabungan keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak kenal menyerah, strategi perang jitu dan kesabaran lah yang menjadikan seorang Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453. 

Membaca buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca sebuah novel yang menawan bahkan saya nyaris tak ingat bahwa sebenarnya saya sedang membaca buku shiroh. Gaya bahasa runut, mengalir serta penggambaran latar tempat dan waktu yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti hanyut dalam setiap kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian tanpa merasa bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini dan merujuk pada referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam Daftar Pustaka menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah.

Sejarah pasti akan berulang. Belajarlah dari sejarah. Belajarlah dari kegigihan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel setelah berjuang beberapa abad, belajarlah dari keberanian kaum Muslim yang tak takut mati demi membela kehormatan agama, belajarlah dari kesalehan dan strategi Muhammad Al Fatih menempa dirinya sekian lama, belajarlah dari kearifannya sebagai seorang pemimpin bagi semua kaum, belajarlah sebagai seorang Muslim yang sepenuhnya berserah dan tunduk kepada-Nya dan apapun yang Dia tentukan. 

    Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai. Pemilihan kata yang digunakan tak sekadar enak untuk dibaca tetapi lebih dari itu, kata-kata yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang tinggi. Bacalah dan rasakanlah kekuatan kata demi kata. 

      Buku ini ditutup dengan epilog yang amat indah (bagian yang paling saya suka dari buku ini), paragraf pertama epilog,

“Ketika ada yang bertanya kepada saya, sikap mental apakah yang paling menonjol pada seorang Mehmed Al-Fatih, saya segera menjawab “see beyond the eye can see”, Melihat lebih daripada yang bisa dilihat oleh mata. Lebih jauh lagi, bahkan saya katakan ini adalah sikap mental yang terkait dengan inti ajaran Islam, aqidah Islam. Sebagian besar perkara keimanan di dalam Islam tidak dapat dilihat oleh mata dalam meyakininya menuntut seseorang untuk bisa melihat lebih dari mata. Eksistensi Allah, Malaikat, Hari Kiamat, Surga dan Neraka dan perkara-perkara lain yang tak kasat mata,” (halaman 290)
 

Perjalanan Barisan Cokelat Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet
Distributed by Deluxe Templates © 2008